Jumat, 03 Oktober 2025

Produksi Nikel MBMA Melonjak, Proyek HPAL dan AIM Dipercepat

Produksi Nikel MBMA Melonjak, Proyek HPAL dan AIM Dipercepat
Produksi Nikel MBMA Melonjak, Proyek HPAL dan AIM Dipercepat

JAKARTA - PT Merdeka Battery Materials Tbk (IDX: MBMA) memulai tahun 2025 dengan catatan kinerja beragam. Perusahaan berhasil meningkatkan produksi bijih nikel secara signifikan, namun harus menghadapi penurunan sementara di segmen pengolahan akibat pemeliharaan fasilitas.

Meski ada tantangan, MBMA menegaskan komitmennya dalam memperkuat posisi sebagai pemain utama rantai pasok kendaraan listrik, dengan mendorong proyek strategis High Pressure Acid Leach (HPAL) dan Acid Iron Metal (AIM).

Lonjakan Produksi Bijih Nikel

Baca Juga

Rencana Baru Pemerintah: Satu Harga Gas 3 Kg Mulai 2026

Sepanjang enam bulan pertama tahun 2025, produksi bijih nikel MBMA dari tambang SCM menembus angka 6,9 juta wet metric tonnes (wmt). Capaian ini melonjak 78% dibanding periode sama tahun lalu.

Kenaikan produksi terbagi atas bijih limonit yang naik 45% serta saprolit yang melesat 189%. Hal ini tercapai meski kondisi cuaca kurang mendukung, dengan curah hujan tinggi yang sempat menghambat kegiatan penambangan.

Manajemen menjelaskan, lonjakan ini merupakan hasil investasi berkelanjutan dalam kapasitas produksi serta infrastruktur selama 12 hingga 18 bulan terakhir. Upaya tersebut dinilai mampu memperkuat daya saing dan mendukung keberlanjutan jangka panjang.

Namun, di tengah capaian positif itu, produksi Nickel Pig Iron (NPI) justru mengalami penurunan. Selama semester I 2025, NPI yang dihasilkan turun menjadi 33.045 ton, atau menyusut 23% dibanding tahun lalu.

Efisiensi dari Pemeliharaan Smelter

Penyebab utama penurunan produksi NPI adalah kegiatan pemeliharaan smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) yang sudah dijadwalkan sebelumnya. MBMA menegaskan bahwa strategi ini diperlukan untuk memastikan operasional yang lebih aman, efisien, dan berkelanjutan.

Bukti keberhasilan langkah tersebut terlihat pada kuartal II 2025, ketika biaya tunai produksi NPI turun hingga USD9.719 per ton. Untuk pertama kalinya, angka ini berhasil ditekan di bawah USD10.000 per ton.

Selain itu, produksi High Grade Nickel Matte (HGNM) juga sengaja dikurangi secara terukur. Langkah tersebut dilakukan untuk meredam volatilitas margin sekaligus memfokuskan sumber daya pada produksi NPI yang lebih menguntungkan di tengah kondisi pasar yang fluktuatif.

Kinerja Keuangan Semester Pertama

Dari sisi pendapatan, MBMA membukukan total USD628 juta pada semester I 2025. Angka ini menurun 32% secara tahunan karena adanya dampak sementara dari pemeliharaan fasilitas pengolahan.

Meski pendapatan menurun, EBITDA hanya turun 8% menjadi USD77 juta, tetap menunjukkan margin yang solid. Bahkan, jika dilihat khusus kuartal II, EBITDA meningkat 33% dibanding periode sama tahun lalu setelah disesuaikan dengan dampak HGNM.

Presiden Direktur MBMA, Teddy Oetomo, menegaskan bahwa langkah pemeliharaan merupakan strategi jangka panjang. “Pemeliharaan yang kami lakukan adalah langkah strategis untuk menurunkan biaya serta memperkuat daya saing jangka panjang kami,” jelasnya.

Akselerasi Proyek Strategis HPAL dan AIM

Di luar produksi rutin, MBMA menaruh perhatian besar pada proyek strategis yang diyakini akan menjadi penggerak utama pertumbuhan di masa depan.

Fasilitas High Pressure Acid Leach (HPAL) yang dikerjakan bersama mitra global mencatat capaian positif. PT ESG New Energy Material, operator HPAL berkapasitas 30.000 ton nikel per tahun dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), telah berhasil menjual 9.465 ton nikel MHP sepanjang semester I 2025 dari Train A.

Sementara itu, Train B mulai beroperasi pada akhir kuartal II 2025. Sedangkan pabrik HPAL milik PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) dengan kapasitas 90.000 ton per tahun sudah mencapai progres konstruksi 29% dan ditargetkan mulai beroperasi pertengahan 2026.

Pembangunan dua unit Feed Preparation Plant (FPP) serta jalur pipa slurry menuju fasilitas HPAL di Morowali juga berjalan sesuai rencana. Fasilitas ini ditargetkan rampung pada akhir 2025 untuk FPP pertama, dan pertengahan 2026 untuk unit berikutnya.

Selain HPAL, proyek Acid Iron Metal (AIM) yang dikelola PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI) juga menunjukkan kemajuan. Produksi pirit dan asam sudah beroperasi dengan kapasitas penuh, sementara fasilitas logam klorida dan katoda tembaga diperkirakan siap beroperasi penuh menjelang akhir 2025.

Transformasi Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik

Dengan meningkatnya produksi bijih nikel serta percepatan proyek strategis, MBMA optimistis dapat memperkuat kontribusinya dalam ekosistem global kendaraan listrik.

Manajemen menilai kombinasi antara pertumbuhan kapasitas hulu dan hilir akan menghadirkan keunggulan kompetitif. Proyek HPAL dan AIM tidak hanya meningkatkan diversifikasi produk, tetapi juga membuka peluang besar dalam pasar material baterai yang terus berkembang.

“Kami optimis, kombinasi antara pertumbuhan produksi bijih nikel dan kemajuan proyek-proyek strategis seperti HPAL dan AIM akan membawa transformasi besar bagi MBMA dalam mendukung ekosistem kendaraan listrik global,” tutur Teddy Oetomo.

Paruh pertama tahun 2025 menjadi fase transisi penting bagi MBMA. Meski pendapatan sempat terkoreksi akibat pemeliharaan, strategi jangka panjang terbukti menurunkan biaya produksi dan menjaga margin tetap solid.

Dengan dorongan proyek strategis HPAL dan AIM, perusahaan optimistis akan memperkuat posisinya sebagai bagian integral dalam rantai pasok kendaraan listrik dunia. Semester berikutnya diharapkan membawa momentum baru yang lebih kuat seiring rampungnya sejumlah fasilitas pendukung.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

wartaenergi.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Pilihan Rumah Murah di Tegal Mulai Rp140 Juta, Jadi Incaran Keluarga Muda

Pilihan Rumah Murah di Tegal Mulai Rp140 Juta, Jadi Incaran Keluarga Muda

Perumahan Terjangkau di Barito Timur, Harga Mulai Rp140 Juta

Perumahan Terjangkau di Barito Timur, Harga Mulai Rp140 Juta

Harga Sawit Naik, Ekonomi Petani Aceh Singkil Menggeliat

Harga Sawit Naik, Ekonomi Petani Aceh Singkil Menggeliat

Daftar Harga BBM Pertamina Terbaru 2 Oktober 2025

Daftar Harga BBM Pertamina Terbaru 2 Oktober 2025

Harga Minyak Dunia Merosot Akibat Sentimen Ekonomi Global

Harga Minyak Dunia Merosot Akibat Sentimen Ekonomi Global